Senin, 30 Mei 2011

Tentukan Qiblat Cukup dengan Sebatang Pensil

Semarang, NU Online
Pada Sabtu (28/5) terjadi fenomena alam yang unik. Tepat pada pukul 16.00 WIB posisi matahari tepat di atas Kota Mekkah. Sehingga semua benda yang terkena sinar matahari, bayangannya akan menunjukkan arah kiblat.
 

    
Cukup dengan menegakkan sebatang pensil atau benda apapun secara datar, sudah bisa menentukan arah kiblat. Hanya dengan melihat bayangannya di bawah sinar mentari sore.
 

Menurut astronomi (ilmu falak), fenomena itu hanya terjadi dua kali dalam satu tahun. Yaitu 28 Mei dan dan 16 Juni. Istilahnya
 yaumu rosydil qiblat. Yaitu hari penunjuk arah kiblat. 

Para ahli ilmu falak telah jauh-jauh hari telah menulisnya dalam kalender Islam dan menyampaikan informasi tersebut ke khalayak. Agar dimanfaatkan sebagai pedoman mencari arah kiblat tanpa alat bantu apapun.
 

Di Sabtu kemarin banyak pengurus takmir masjid pada Sabtu kemarin banyak yang melakukan pengujian arah kiblat di halaman masjid mereka. Santri-santri pondok maupun murid-murid madrasah, terutama yang telah mengaji kitab falak juga keluar dari ruangan untuk menancapkan lidi atau memakai jarum
 istiwa’. 

Ratusan mahasiswa jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah dan mahasiswa program Magister Ilmu Falak IAIN Walisongo malah lebih heboh. Mereka didampingi para dosennya, datang di halaman Masjid Agung Jawa Tengah untuk menguji hal itu dengan perhitungan algoritma falak, tentu dengan teori astronomi, serta membawa pelbagai peralatan pendukung.
 

Ada kalkulator ilmiah (scientific calculator), kompas, tongkat
 istiwa’ Mizwala, bencet atau jam matahari, rubu’, waterpass, teropong, dan theodolite. 

Dibimbang dosen pakar falak Indonesia, M Izzuddin dan KH Slamet Hambali, mereka memakai seluruh metode pengujian. Dengan teori klasik zaman pertengahan plus alat kuno bernama
rubu’ (penggaris tebal berbentuk seperempat lingkaran), hingga perhitungan modern dengan alat bantu theodolit. Tak ketinggalan, google map dan GPS tipe 76  dipakai untuk akurasi koordinat tempat para mereka berpraktek. 

Mahasiswa membuat kelompok dengan 99 titik pengujian. Sebagian besar memakai pensil atau spidol yang ditegakkan di atas kertas HVS putih di lantai. Begitu pukul 16.00 WIB tepat, bayangan matahari di pensil tersebut langsung ditempeli lakban hitam. Ternyata, seluruh mahasiswa yang ada di kelompok tersebut menghasilkan garis yang sama sudutnya.
 

Dihitung dengan rumus algoritma, didapatkan data, posisi matahari pada saat tersebut adalah arah utara garis Katulistiwa pada 23 derajat 30 menit. Deklinasi matahari didapatkan dengan setelah menghitung arah utara sejati yang ada di 27 derajat 7 menit 22 detik.
 

Vivit Fitriyanti, mahasiswa S2 program Ilmu Falak IAIN Walisongo menyatakan, dari peta kiblat yang diukur dengan kompas, posisi kota semarang adalah 294 point dari utara sejati tersebut. Sehingga  tepatlah penghitungan algoritma deklinasi matahari.
 

Lalu, tim pemakai Theodolit yang dipimpin Ketua program Ilmu Falak IAIN Walisongo, Dr Abu Rohmad, mendapatkan data yang sama. Demikian pula tim pemakai tongkat
 istiwa’. 

Abu Rohmad menyampaikan, kegiatan tersebut merupakan praktek lapangan para mahasiswa Ilmu Falak yang berguna meningkatkan ilmu hisab dan rukyat.
 

Sementara M Izzuddin menyatakan, dari semua hasil pengujian tersebut, ternyata arah kilbat MAJT lurus kiblat. Tak berubah sejak selesai dibangun pada 2006 lalu.
 

“Arah kiblat MAJT tepat ke Kakbah di Mekah. Dari pengujian kami, tak ada  pergeseran. Maklum masjid ini dibangun dengan pengukuran canggih ilmu falak,” terangnya disambut tepuk tangan para mahasiswanya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar